Selasa, 30 November 2010

Aspek Sosial Budaya pada Setiap Trimester Kehamilan

    Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Masa kehamilan dibagi ke dalam 3 trimester. Tiga fase ini antara lain :
Trimester I (minggu 1 – 12)
Pada masa ini biasanya ibu hamil masih bertanya-tanya, apakah benar telah hamil? Tanda-tanda kehamilan awal seperti mual dan muntah karena perubahan hormon terjadi di trimester ini. Perubahan kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, harus dihentikan di masa ini. Mulailah minum susu khusus ibu hamil sejak awal kehamilan. Pelajari juga pantangan makanan dan minuman untuk ibu hamil muda.
•Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
oPembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir.
oTelur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
•Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
oSistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.
oMata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
oJanin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar
•Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
oSemua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait.
oAktivitas otak sangat tinggi.
    Trimester II (minggu 13 – 28)
Mual dan muntah mulai menghilang. Bayi berkembang pesat pada masa ini dan mulai bergerak. Olah raga ringan, menjaga kebersihan dan diet ibu hamil diperlukan di masa ini.
•Pada minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
•Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21
•Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup.
•Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.

Trimester III (minggu 29 – kelahiran)
Tubuh ibu hamil makin terlihat membesar. Kadang ibu hamil harus berlatih menarik nafas dalam untuk memberikan oksigen yang cukup ke bayi. Ibu hamil perlu istirahat yang cukup, jangan berdiri lama-lama, dan jangan mengangkat barang berat pada masa ini.
•Semua organ tumbuh sempurna
•Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‘nendang’, ‘nonjok’) serta periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
•Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
•Pada bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.
•Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor antara lain :
1.Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
2.Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti.
Tidak hanya stress  yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
3.Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan ysng dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya.
Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan  dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.


sUMBER :
http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html
http://www.dunia-ibu.org/artikel/ibu-hamil/trimester-kehamilan.html
http://majalahkesehatan.com/tiga-trimester-kehamilan/


 

Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I , II , III , IV

        Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.

Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.

 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada saat melahirkan.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
    Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.

Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.

Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.


Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula,  memasukkan  ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan  atau memberi  jamu tertentu untuk memperkuat tubuh

    Kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu
1.    Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi
2.    Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3.    Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja sama.

Pendekatan Melalui Agama

CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya :
1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.
Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat manusia untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1. Makan makanan yang bergizi
2. Menjaga kebersihan
3. Berolah raga
4. Pengobatan di waktu sakit
b. Upaya pencegahan penyakit
Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1. Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
(Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.
c. Upaya pengobatan penyakit
Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang diturunkan-Nya.”
Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit.
Pandangan agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi. Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu/hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak Allah. Pendapat/pandangan agama (agama Islam) dalam pemakaian IUD. Ada dua pendapat yaitu memperbolehkan / menghalalkan dan melarang / mengharamkan.
Pendapat / pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakaian kontrasepsi IUD :
a. Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.
Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat merencanakan jarak kehamilan sehingga ibu tersebut dapat menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.
b. Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan.
Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak, tentunya sangat merepotkan dan membebani perekonomian keluarga. Selain itu bertujuan memberikan rasa aman kepada ibu. Karena persalinan dengan factor resiko/resiko tinggi dapat mengancam keselamatan jiwa ibu. Agar ibu dapat beristirahat waktu keseharian ibu tidak hanya digunakan untuk mengurusi anak dan keluarga.
Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian kontrasepsi IUD :
a. Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi
b. Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur (masih ada kegagalan).
c. Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan alat lainnya. Selain itu pada waktu pemasangan dan pengontrolan IUD harus dilakukan dengan melihat aura wanita.
Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai dua pendapat/pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang. Pendapat/pandangan yang memperbolehkan:
Begitu juga halnya mengenai melihat aura orang lain apabila diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.
Pandangan/pendapat yang melarang :
a. Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/tuba).
c. Dengan melihat aura orang lain.

Sumber :
1. George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta 1986
2. Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996.
3. Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 1998

Senin, 29 November 2010

PENDEKATAN MELALUI PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR

PENDEKATAN MELALUI PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR

A. Pendekatan dalam sistem banjar
Dalam kelompok – kelompok yang mengikat orang Bali berdasarkan atas prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan kesatuan wilayah,ialah desa.
Kesatuan-kesatuan sosial serupa itu kesatuan yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara.Pada umumnya tampak berapa perbedaan antara desa dipegunungan dan desa adat di tanah datar. Menjadi warga desa adat dan mendapat tempat duduk yang khas di balai desa yang disebut bale agung,dan berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari tatap.

B. Cara – cara pendekatan bidan dalam wilayah banjar Bali
Para bidan mempunyai berbagai cara untuk pendekatan di antaranya :
a.Menggerakan dan membina peran serta masyarakat. Dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan kesehatan setempat.
b.Pemerintah memberikan, menerapkan, dan menjalankan PosKesDes ( Pos Kesehatan Desa ), yang ditunjukan kepada seluruh masyarakat setempat, dan terjangkau sampai ke daerah pedalaman.
c.Guna penyuluhan masyarakat bertujuan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang lestari untuk keluarganya, individu keluarga dan masyarakat itu sendiri.
d.Penyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat .
e.Membina dan memberikan bimbingan dan teknis kepada kader termaksud dukun, ( peran bidan sebagai pendidik ). Bersama kelompok dan masyarakat. menanggulangi masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan para ibu, anak, dan KB.
C. Pendekatan dalam paguyuban
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang di antara para warganya diwarnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih.
Ciri-ciri paguyuban
Menurut Ferdinand Tones ciri-ciri dari paguyuban antara lain :


*Ciri pokok :
1. Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
3. Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk orang lain di luar "kita"
*Ciri umum :
1. Adanya hubungan perasaan kasih sayang .
2. Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan.
3. Tidak suka menonjolakan diri.
4. Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif.
5. Sifat gotong-royong yang masih kuat.
6. Hubungan kekeluargaan masih kental.

D. Tipe paguyuban
Paguyuban memiliki 3 tipe :
1. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood), yaitu paguyuban berdasarkan keturunan , contoh kelompok keluarga besar.
2. Paguyuban karena tempat tinggal (Gemeinschaft by place), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga saling tolong-menolong, contoh arisan , RT,RW, Karang taruna, PKK, dll.
3. Paguyuban karena jiwa pikiran (Gemeinschaft by mind), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama , payuguban semacam itu tidak sekuat dengan payuguban ikatan berdasarakan keturunan , contoh suatu organisasi.

Pelayanan Kebidanan dengan Pendekatan Payuguban
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya payuguban . Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan . Misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pengertian Pembangunan nasional adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Nasional
1. Disparitas Status Kesehatan
Disparitas adalah perbedaan jarak ; adanya upah yang diterima oleh para pekerja pabrik itu. Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif di rumah sakit dan puskesmas . Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi. Selama ini kesehatan dianggap sebagai barang yang mahal, kesehatan di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya ‘orang miskin dilarang sakit’ . Tragis, mengingat kekayaan Indonesia yang begitu tetapi tidak ada pertanggung jawaban tentang keberadaan SDA tersebut.
2. Beban Ganda Penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan yang kedua masalah uang yang cukup banyak. Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada pasien yang bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan pelayanan kesehatan.
3. Kinerja Pelayanan yang Rendah
Kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih di bawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera di atas. Hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi. Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan .
4. Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan sistem yang mengatur kesehatan. Sungai di Jakarta kini mengalami perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita.

5. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan
Rendahnya pembangunan ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah ini . Hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan, sandang dan pangan. Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya ? Mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk.
Kesehatan Indonesia berada pada kondisi yang saat buruk, pembangunan kesehatan di Indonesia, dapat dilihat dari berbagai penghambat serta langkah pendorong untuk mengatasinya . Minimnya pelayan kesehatan, dan rendahnya pelayanan kesehatan adalah salah satu penghambat pembangunan kesehatan . Adat kebiasaan masyarakat, serta keadaan ekonomi dan pendidikan turut ikut andil dalam hal ini.

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN

Aspek sosial budaya setiap perkawinan berdasarkan pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan, dan hal itu karena didasari rasa cinta di awal perkawinan. Pada fase perkenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi. Apabila sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan. Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan beradaptasi dan membuat peraturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut aspek sosial budaya, faktor pendukung keberhasilan penyusuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola – pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri,serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagian dalam hidup berumah tangga akan tercapai.
Faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian aspek sosial budaya terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan diawal pernikahan, suami maupun istri .
Salah satu contoh aspek sosial budaya perkawinan di provinsi Aceh
Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat Aceh sebab hal ini berhubungan dengan nilai – nilai keagamaan. Perkawinan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh masyarakat. Upacara perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertunangan dan hingga upacara peresmian perkawinan.
Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki – laki dan pengantin perempuan di rumahnya masing – masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin dihiasi dengan inai.
Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan.Setelah selesai acara nikah, linto baro di bimbing ke pelaminan persandingan, di mana dara baro telah terlebih dahulu duduk menunggu. Sementara itu dara baro bangkit dari pelaminan untuk menyembah suaminya. Penyembahan suami ini disebut dengan seumah teuot linto. Setelah dara baro teuot linto, maka linto baro memberikan sejumlah uang kepada dara baro yang disebut dengan pengseumemah (uang sembah).
Selama acara persandingan ini, kedua mempelai dibimbing oleh seorang nek peungajo. Biasanya yang menjadi peungajo adalah seorang wanita tua. Kemudian kedua mempelai itu diberikan makan dalam sebuah pingan meututop (piring adat) yang indah dan besar bentuknya. Selanjutnya kedua mempelai tadi di peusunteng (disuntingi) oleh sanak keluarga kedua belah pihak yang kemudian diikuti oleh para jiran (tetangga). Keluarga pihak linto baro menyuntingi (peusijuk / menepung tawari) dara baro dan keluarga pihak dara baro menyuntingi pula linto baro. Tiap – tiap orang menyuntingi selain menepung tawari dan melekatkan pulut kuning di telinga temanten, juga member sejumlah uang yang disebut teumentuk. Acara peusuntengini lazimnya didahului oleh ibu linto baro, yang kemudian disusul oleh orang lain secara bergantian.Apabila acara peusunteng sudah selesai, maka rombongan linto baro minta ijin untuk pulang ke rumahnya. Linto baro turut pula dibawa pulang. Ada kalanya pula linto baro tidak dibawa pulang, ia tidur di rumah dara baro, tetapi pada pagi – pagi benar linto baro sudah meninggalkan rumah dara baro. Karena malu menurut adat, bila linto baro masih di rumah dara baro sampai siang.idak berinisiatif menyelesaikan masalah,perbedaan budaya dan agama di antara suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugas nya dalam berumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan, perbedaan,pola penyesuaian serta hal – hal baru dalam perkawinan sehingga masing – masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.
Aspek sosial budaya pada setiap perkawinan dilakukan secara bertahap, yaitu fase: bulan madu,pengenalan kenyataan,kemudian mulai terjadi krisis perkawinan.Dan proses perkawinan pada tiap daerah berbeda-beda sesuai dengan adat istiadat yang dianut. Hingga kini masyarakat masih tetap menjalankan proses perkawinannya sesuai dengan adat yang ada. Karena hal tersebut telah menjadi tradisi bagi mereka atau telah menjadi kebiasaan yang turun temurun dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.

Sumber :
•http://miamisland.blogspot.com
•http://indogear.co.cc/index

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR

MITOS DAN FAKTA MERAWAT BAYI BARU LAHIR

Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.

Mitos-mitos merawat bayi baru lahir yang berkembang di masyarakat
ASPEK BUDAYA
oDibedong agar kaki tidak bengkok.
Hampir setiap bayi memiliki kaki yang tampak bengkok, begitulah fisiologis kaki bayi. Ini disebabkan karena ia masih terbiasa dengan posisi meringkuk ketika masih berada didalam rahim. Seiring berjalannnya waktu, kakinya akan lurus dengan sendirinya.
Pada kenyataannya, dibedong dapat mengganggu peredaran darah bayi. Jantungnya akan terpaksa bekerja lebih berat untuk memompa darah karena tubuhnya dibebat terlalu berat. Bahkan, ini beresiko membahayakan tulang panggul, dapat menyebabkan dislokasi panggul dan paha. Beberapa ibu membedong bayi untuk melindungi dari dingin, baik karena faktor cuaca atau setelah mandi. Sebenarnya baju lengan panjang dan celana panjang pun sudah cukup untuk menghangatkan tubuh si kecil.

o Hidung ditarik-tarik agar mancung.
Tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan.

oPemakaian gurita agar tidak kembung.
Bayi bernapas dengan otot-otot pada perutnya. Jadi, memasangkan gurita justru manghambat pernapasannya. Perutnya yang kembung sudah bentuk alamiah.
Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung dan paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.
oMenggunting bulu mata agar lentik.
Bulu mata berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
oBeri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang).
Belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hal ini. Bahkan pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat.
oJangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Jika dipikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia pipis, buang air besar, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya.
oJangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit.
Penyakit yang diderita ibu menyususi tidak dapat ditularkan melalui ASI. Sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam ASI yang jika diminum si bayi, akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk ibu, contohnya pakai masker penutup mulut dan hidung saat flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI.

oPopok kain lebih baik daripada diapers.
Popok kain maupun diapers memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Disatu sisi, popok kain memang lebih murah karena dapat digunakan berulang kali. Namun, agak merepotkan karena harus selalu diganti setiap si kecil buang air besar. Disisi lain, diapers lebih mahal, tetapi memiliki daya serap yang lebih tinggi, sehingga hanya perlu diganti kalau popok sudah penuh atau buang air besar. Untuk menjaga kulit si kecil,pastikan ukuran diapers sesuai dengan tubuhnya.

oApakah bayi perlu dipakaikan bedak setelah mandi atau sehabis ganti popok?
Lebih baik, oleskan baby cream. Karena penggunaan bedak di daerah lipatan seperti tangan, kaki atau selangkangan dapat menggumpal. Jika gumpalan ini bercampur dengan keringat akan menjadi sarang berkembangnya kuman dan bisa menyebabkan iritasi. Partikel bedak yang terhirup bisa mengganggu pernapasannya.

oBayi yang mengalami kuning beberapa hari pasca kelahirannya harus dijemur di ruangan terbuka.
Penyakit kuning yang diderita bayi merupakan proses alamiah dari pemecahan sel darah ibunya. Proses ini memang dapat terbantu oleh sinar matahari. Tapi kini, kontak langsung sudah tidak disarankan. Sebaiknya, jemur dibalik kaca selama kira-kira 15 menit untuk masing-masing bagian depan dan punggung bayi.
oKetika bayi demam harus dikompres air dingin.
Setelah dikompres, tubuh yang awalnya panas mungkin akan terasa dingin begitu diraba. Akan tetapi, ini bukan pertanda bahwa si kecil membaik. Sebaliknya, suhu dingin dari kompresan tersebut akan mengirim sinyal yang salah kepada tubuh anak. Tubuh mungilnya akan menganggap bahwa cuaca sedang dingin dan akhirnya merasa perlu memproduksi panas lagi. Jadi, lebih baik kompres dengan air hangat agar tubuhnya berhenti memproduksi panas.
oASI pertama yang berwarna kekuningan merupakan ASI yang sudah basi dan tidak baik dikonsumsi bayi.
ASI pertama adalah kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh dan kaya akan protein. Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di dalamnya.
Tak ada ibu yang mempunyai ASI seputih dan seindah penampilan susu formula. Namun begitu, kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun.
oBayi harus tidur dengan botol susu.
Penggunaan alat ini memang membantu bayi tidur lebih cepat. Akan tetapi, penggunaan botol susu dapat meningkatkan resiko si kecil terkena infeksi telinga karena susu yang seharusnya diminum justru mengalir ke saluran eusthacius ( penghubung antara tenggorokan bagian belakang dan telinga bagain belakang ). Jadi, jika ingin memberi si kecil susu melalui botol, sebaiknya angkat dulu si kecil dan pastikan kepalanya lebih tinggi dari badan.

Dalam menghadapi mitos-mitos yang telah berkembang di masyarakat, kita harus mengadakan adanya suatu promosi kesehatan, salah satunya berupa penyuluhan. Bidan berperan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh masyarakat terkhusus bagi para ibu nifas agar dapat memberikan yang terbaik untuk sang bayi. Materi penyuluhan ialah yang berkaitan dengan mitos-mitos yang merugikan sedangkan kita memberikan bimbingan pada masyarakat tentang mitos baik yang tetap diyakini agar tak ada kesalahpahaman dalam mengartikan mitos yang ada. Karena kebudayaan antara suatu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda.
Ada baiknya bagi para ibu nifas untuk melakukan konsultasi kepada para bidan agar dapat menentukan yang terbaik untuk kesehatan dan tumbuh kembang sang bayi .

Minggu, 28 November 2010

PENDEKATAN MELALUI KESENIAN TRADISIONAL

PENDEKATAN MELALUI KESENIAN TRADISIONAL

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien.
Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran ide yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang bersifat lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta ide yang melantar belakangi kehadirannya.
Peranan Seni
a. Seni sebagai kebutuhan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.
b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
1)Sebagai ungkapan gagasan
Untuk mengungkapkan buah pikiran dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.
2)Alat komunikasi
Berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa pernyataan kritik, ketidaksetujuan atau ketidaksepahaman biasanya diungkapkan dalam bentuk karton dan nyanyian dalam drama modern.
4. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
Seorang petugas bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
* Kesenian wayang kulit, dapat dimasukkan pesan-pesan kesehatan misalnya, mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, makanan bergizi, dll.
* Mencipkan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa daerah setempat.
5. Kesenian sebagai seni terapi
Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.

Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja . Tetapi bidan juga dapat menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai nakes, bidan juga dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan.
Dalam perannya sebagai penelit dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut. Ia juga dapat menambah wawasannya tentang kesenian tradisional daerah lain.
Peran nya sebagai pendidik, bidan ikut mengajarkan keterampilan seni yang dia miliki seperti seni tari, seni suara , seni lukis , seni rupa dan sebagainya kepada masyarakat dimana ia melakukan disamping penyuluhan kesehatan.

Sumber :
http://bidan–intan.blogspot.com/2009/12/aspek-sosial-budaya-dalam-praktek-kebidanan.html
Diambil pada tanggal 9 Oktober 2010
http://assalamualaikum/?p=81
Dimbil pada tanggal 13 Oktober 2010

ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA MASA NIFAS

ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA MASA NIFAS

Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.

Adapun berbagai macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas baik di masyarakat desa maupun masyarakat kota
1.Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat kota
• Pada masa nifas ibu dilarang memakan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak. Karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat .
• Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi. Karena dapat menghambat penyembuhan luka sebab pada dasarnya makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka .
• Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang . Akibatnya ibu jadi kurang istirahat dan biasa sakit akibat kecapean
• Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan yang padat setelah waktu maghrib. Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali. Tapi hal tersebut menyebabkan ibu menjadi kurang gizi sehingga produksi ASI berkurang.

• Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel.
Jika proses pemijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii lancer. Tetapi jika pemijatan yang dilakukan salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit, sedangkan bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.



• Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak. Tindakan tersebut tidaklah membawa keuntungan karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya.

• Masa nifas tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim
Hal tersebut dibenarkan dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya terjadi infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.

2.Aspek sosial budaya pada masa nifas pada daerah lain :

1.Harus memakai sandal keman pun Bufas pergi, dalam kurun waktu 40 hari.
2.Harus memakai stagen/udet/centing.
3.Minum jamu agar rahim cepat kembali ke bentuk semula.
4.Memakai lulur param kocok seluruh badan agar rasa capek cepat hilang.
5.Tidak boleh berbicara dengan suara keras .
6.Tiap pagi harus mandi keramas biar badan selalu segar dan peredaran darah menjadi lancar.
7.Ketika tidur ataupun sedang duduk kaki diluruskan . Tidak boleh ditekuk/ posisi miring. Hal tesebut dapat mempengaruhi posisi tulang , cos tulang pada bayi dan terjadi varises pada ibu.
8.Harus banyak makan makanan bergizi seperti sayuran hijau yang mengandung banyak vitamin.
9.Tidak usah dipakaikan perhiasan karena dapat mempengaruhi pergerakan bayi.
Masa nifas tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim.

ASPEK SOSIAL BUDAYA BERKAITAN DENGAN KESEHATAN ANAK

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN BAYI

Kesehatan anak sekarang ini sangan memprihatinkan. Banyak sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya sekedar memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka. Terutama mitos mengenai kesehatan anak, orang zaman dahulu mempercayai bahwa jika melakukan sesuatu yang telah lama dilakukan oleh pendahulunya maka mereka juga akan melakukan itu pada anak-anak mereka. Padahal ini malah akan menjadi penghambat kesehatan anak. Sehingga anak mudah sekali terserang penyakit.
Aspek budaya (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan anak :
1.Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. " Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung".

2.Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam
Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh . Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya.Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
3.Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa , keluarnya panas melalui kepala hanya10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan , dan tangan.
4.Makanan yang keluar dari mulut ibu yang terbaik bagi bayi

Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu ) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat . Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi.




5.Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
6. Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah , dan masuk angin pada bayi.
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan anak :
1. Dukun sebagai penyembuh
Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang dapat menyembuhkannya.

2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda
Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.

Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial. Dimana hingga kini masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan kepercayaan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi . Tetapi ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman menurut para medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik dalam tumbuh kembang kesehatan anak.

Sumber : http://www.google.com/blog-eblog.blogspot.com/2010/09/12
http://infokebidanan.blogspot.com/2008/05/persepsi-sosial-dan-budaya kesehatan.html

ASPEK SOSIAL BUDAYA DAN KESEHATAN IBU

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU
Kesehatan Ibu dan anak (KIA) di indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung membaik keadaannya. Situasi kesehatan Ibu dan bayi baru lahir belum di Indonesia sama sekali belum dikatakan menggembirakan.
Aspek budaya yang berhubungan dengan kesehatan Ibu hamil :

1.Jawa Tengah :
•bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2.Jawa Barat :
•ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3.Masyarakat Betawi :
•berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4.Daerah Subang :
•ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu , Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).


Aspek sosial yang di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (kejang-kejang yangberlebihan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.

Sumber :
•Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
•Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
•Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
•Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta